Saturday, 18 September 2010

Ketika Cinta


Ketika Cinta adalah sebuah buku kumpulan puisi karya Ibnu Wahyudi. Beliau adalah salah satu pengajar di jurusan Sastra Indonesia Universitas Indonesia. Selain mengajar beliau juga telah membuat banyak buku, antara lain kumpulan cerpen Nama Yang Mendera serta kumpulan puisi Ketika Cinta. Kumpulan Puisi Ketika Cinta adalah sebuah buku yang memuat 95 puisi karyanya yang semua puisinya diawali dengan kata 'Ketika Cinta'. Dalam tulisan ini saya ingin memuat beberapa puisi dalam antologi sajak Ketika Cinta yang menurut saya paling dekat dalam hidup saya. Berikut puisinya :

Ketika Cinta Kehilangan Bara

Ketika cinta telah kehilangan baranya
cari lagi apinya diantara sepi
siapa tahu ia hanya sejenak mengambil jeda
dari mimpi yang biasa berapi-api

Ketika Cinta Masih Belum Berlabuh

Ketika cintamu belum menentukan pelabuhannya
biarkan layar itu memandu ke setiap cuaca
tapi kalau itu adalah cinta untukku
akan aku nyalakan suar di mercu
biar arahmu tak kandas di cinta palsu

Ketika Cinta Adalah Buku Harian

Ketika cintamu terperangkap buku harian
atau puas dengan bayang dan malam lengang
coba tanyakan soal kapan akan melepaskan diri
dari jeratan gamang dan keinginan bersendiri

Ketika Cinta Cuma Gelisah

Ketika cintamu cuma gelisah
meranggas berbenalu resah
tak ada salahnya untuk sekedar menyapanya
supaya yang selama ini tak jua terkatakan
merdeka untuk menyapanya

Ketika Cinta Tak Pernah Disapa

Ketika cintaku tak lagi pernah kau sapa
aku lekas bersegera menawarimu kesima
siapa tahu engkau menjadi begitu lupa
pada rasa yang pernah kita beri nama

Ketika Cinta Dalam Diam

ketika cinta selalu terhenyak dalam diam
perlu segera dicari musabab kadarnya
adakah cinta memang telah dalam genggaman
atau jangan-jangan hanya rasa sementara?

itu adalah enam puisi yang menurut saya paling dekat dengan kehidupan saya sebagai remaja yang baru mengenal cinta, dengan kalimat yang ringan dan kata-kata yang sederhana tapi sangat mengena, Mas Iben (begitulah ia akrab dipanggil-red) selayaknya orangtua yang sedang memberikan petuah bagi anaknya soal cinta,cinta yang terkadang menggebu-gebu tapi tak sempat diungkapkan karena terhalang waktu dan kesempatan atau mungkin cinta yang sudah didapatkan tapi disia-siakan karena kebosanan. Disinilah Mas Iben memberikan solusi atas itu semua,lewat sajak-sajaknya ia seakan meberitahu bahwa dalam cinta kita perlu menyeimbangkan hati dan pikiran untuk mendapatkan jawaban terbaik atas kebimbangan, tak perlu terburu nafsu. Banyak hal yang ia sampaikan dalam buku ini mengenai cinta dan segala tetek bengeknya,dan untuk Anda yang menyukai puisi sekaligus ingin mendapatkan nasihat tentang cinta
i really really recommended this book for you ;). Anda bisa mendapatkan buku ini di Perpustakaan FIB UI lantai 2.

Sekian...

see ya on the next post :)

*picture by http://bukuku-jendeladunia.blogspot.com/2010_02_01_archive.html

Wednesday, 8 September 2010

Tugas bahasa indonesia 1 tahun yang lalu ;)

TENTANG

Alunan kesatiran mengiring gerimis panas

Penuh tawa tanpa nada

Bersyair di balik kepalsuan

Memeluk bidadari dengan manisnya

Berdansa ia dengan para peri

Tertawa para malaikat lalu berharmoni

Melukis senyum ia melukis tawa ia

Lalu menghitamkan syair begitu saja

Tergelak sang bidadari dalam ironi

Rasa tak ada lagi detak dalam nadi

Malaikat coba angsurkan canda

Tapi tak lagi,enggan bodohi diri

Terlalu jengah rupanya sang bidadari

Terlalu muak untuk kembali menari di atas pelangi

Hanya beku, menghina dalam manis

Katanya, mati kau wahai hati !!


Monday, 6 September 2010

Saya mau belajar

Saya sangat gerah dengan percakapan di bawah ini,percakapan yang sangat sering saya dengar dan saya lakukan semenjak berstatus sebagai Mahasiswa S1 Reguler Sastra Indonesia Universitas Indonesia. Simak dengan seksama :

"Kuliah dimana?"
"UI"
"OOOO" (dengan mata terbelalak,berbinar, dan penuh bangga)
Lalu bertanya lagi..
"Jurusan apa?"
"Sastra Indonesia"
"oooo" (dengan kata yang sama,tapi dengan mata yang agak menyipit dan tone suara agak rendah)
lalu orang itu melanjutkan...
"Jadi guru dong ya nanti"
"Tidak,saya ingin jadi jurnalis!"

Dan,apa tanggapan orang yang saya ajak bicara? Tergantung,siapa orangnya,jika itu adalah orang yang polos dan tak mengerti pasti hanya akan ber-oooo panjang,mengangguk seakan mengerti tapi kata 'jurnalis' terus menjadi peer yang harus ia cari apa artinya. Tapi,jika itu adalah orang yang mengerti,dia akan mengangguk penuh bangga, tak menyangka bahwa saya sudah tau apa yang saya tuju. Tapiiii,yang paling mengesalkan adalah orang yang menanggapi dengan kalimat :

"EMANG BISA?"

Heran...apa orang-orang seperti itu belum mengerti anak sastra mempunyai kans yang besar untuk jadi jurnalis.Agak risih saya saat mimpi saya dipertanyakan orang lain,biarlah tak perlu dijawab dengan kata-kata,cukup bukti nantinya.

Oke,cukup pengantarnya,sebenarnya di tulisan kali ini saya hanya ingin curhat soal mimpi,mimpi yang dipertanyakan tepatnya.hehe

Jurnalis.Entah,saya sangat memimpikan profesi itu,tak ada tujuan khusus seperti menginspirasi orang lain,membuka cakrawala,atau apalah itu alasan-alasan ilmiah yang lain. Alasan saya simple,saya hanya suka,kata orang saat kamu suka akan sesuatu tapi tidak tahu apa alasannya itulah yang namanya cinta. So,apakah saya telah jatuh cinta dengan bidang jurnalistik?

Well,mungkin iya saya jatuh cinta,walau saya tahu saya bukan penulis yang baik atau penyusun kata-kata yang cerdas, tapi setidaknya saya punya kemauan untuk mengejar ketertinggalan. Jujur saja,saya minder jika harus memperlihatkan tulisan-tulisan saya pada orang lain. Karena astagaaa,itu tidak ada apa-apanya.

Sampai akhirnya ada sebuah moment yang merubah cara pandang saya dan moment itu adalah engingeng saat seminar kepemudaan di kampus saya. Pembicaranya adalah pemuda-pemuda yang telah sukses di bidangnya masing-masing, dari situ saya berfikir bahwa "tak ada ahli yang dulunya tak tahu apa-apa", "tak ada orang berhasil yang dulunya tak pernah gagal dan di kritik banyak orang". Lalu saya berfikir,saya harus show off,saya harus berani menunjukkan "ini loh saya", saya harus berani di kritik orang. Bukankah dengan kritik kita bisa tahu apa kekurangan kita?dan dengan tahu kekurangan bukankah kita jadi tahu apa yang harus diperbaiki?

Dan mulai hari itu saya bertekad,sejelek apapun tulisan saya,orang harus lihat,orang harus baca,dan biarkan mereka menilai. Sepedas apapun penilaian mereka, saya harus terima.Saya akan belajar dan terus belajar dari kritik-kritik itu. Hingga akhirnya nanti saya dapat membuktikan pada orang yang mempertanyakan mimpi saya bahwa "Anak sastra bisa loh jadi jurnalis"

Mungkin,masih butuh waktu yang sangat panjang untuk memperbaiki kemampuan saya. Tapi,tak apa,justru disitulah kesempatan saya untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya.

Belum ahli itu wajar,asal ada kemauan untuk belajar
, ya kan? :)

Hari ini,mendung atau tidak di ibukota?

Kepak dara menggema di sela deru kesibukan jalan raya
Beriring mereka kembali ke taman kota
Disana, seorang pedagang kaki lima telah mengemasi barang dagangannya
Sembari menghitung receh, bertanya "Adakah segelas susu untuk anakku malam ini?"

Di sudut lain Ibukota
Seorang eksekutif muda berjalan terburu-buru
Takut didahului waktu sepertinya
Klakson mobil tak henti bersahutan di jalan raya
Si eksekutif muda mendongakkan kepalanya kemudian berteriak
"Hei,cepatlah,aku tak punya banyak waktu"
Sejenak...
Ia kembali menarik kepalanya ke dalam mobil
Menoleh pada wanitanya,lalu bertanya
"Sayang,ke bar mana kita malam ini?"

Si pedagang kaki lima berdiri lesu di depan pintu kontrakannya
Dia sadar,tak akan ada segelas susu untuk anaknya malam ini
Tapi lihat,ada 3 batang permen di tangannya
Untuk putrinya,putri kesayangannya yang tak mampu ia belikan susu
Saat hendak mengetuk pintu,ia mendengar suara malaikat kecilnya
"Ibu,kapan ayah pulang?aku tak sabar,aku ingin segera minum susu"

Alunan musik yang tak jelas merdu atau tidaknya diputar
Mengiringi dansa kaum hedonisme
Siapa berdansa dengan suami siapa
suami siapa berdansa dengan istri siapa
Eksekutif muda maju ke lantai dansa
berdansa dengan seseorang yang tak tahu istri siapa
Saat terbuai nikmat anggur dan belai kekasih
seorang pria menggamitnya dari balik bahu
mendaratlah bogem mentah di tubuhnya
tak terelakkan bertubi-tubi datangnya
Sang eksekutif muda jatuh,koma...

Si gadis kecil berbinar matanya
Ayah telah pulang,menghambur ia ke dalam dekap ayahnya
"Maaf nak,ayah hanya membawa permen,bukan susu"
Gadis kecil tertawa,dikecup kening ayahnya
Berlari ia mengitari rumahnya yang sempit
Diacungkannya 3 batang permen dari sang ayah
Hingga akhirnya ia lelah dan tertidur sembari mendekap 3 batang permen di dadanya
Senyum manis pun jadi hiasan di bibirnya
Ayah dan ibunya pun tersenyum lega
malam ini,meski tanpa segelas susu,anak mereka bahagia...

Lihatlah,betapa terkadang sebatang permen bisa membuat mereka lebih bahagia daripada kalian. Hei,para mubazir harta!

Thursday, 2 September 2010

Beda Tuhan?Beda cinta?

Tuhan itu satu
Tapi kepercayaanmu
Seolah menimbulkan pertanyaan baru
"Ada dua-kah Tuhan itu?"

Katanya perbedaan bisa saling melengkapi
Tapi mengapa justru karena beda
Orang-orang tua merampas hak kita untuk saling mencinta?

Egoisme prinsip...

Tak adakah diantara kita
Yang bersedia mundur
Lalu memuja Tuhan kekasihnya

Atau kita...
Bersedia mengabukan rasa
Demi bijaksana pada Tuhan dan orang-orang tua
Tapi tidak bijak...
Pada sebelah sayap kita

Atau mungkin...
Kita harus menyempurnakan janji di hadapan dua Tuhan?
Lalu dibenci ibu ayah sampai mati
Ah, tak apa...
Setidaknya kita mencinta sampai mati
Berpulang bersama
Diadili Tuhan bersama
Ah tapi...
Bagaimana jika surga kita berbeda
Tuhan kita kan,tidak sama...